cerpen


TEROR  SETAN  TEKEK

Sang surya telah terbenam, sore [un berganti malam. Aku menjadi kepikiran tentang adanya teror setan tekek dari pembicaraan orang-orang. ”Wah. Bagaimana ini. setan itu sangat menakutkan, katanya datang saat musim kemarau, inikan sudah musim kemarau jangan – jangan setan itu pasti datang kesini. Aduh . . .   aduh bahaya nih ! pikirku. Tiba – tiba ada seseorang yang menupuk bahuku ” dor, hei mikiran apa”. Toni bertanya padaku
”Hai . . . .hai apa sih kamu Ton ngagetin aja, ini lho aku sedang mikiran setan tekek itu”. Jawabku
”Da, da itu aja kamu pikiran, mendingan pikiran cewek ” Jawab Toni
”Emang aku punya cewek apa”.Aku menjawab sambil tertawa
”Eh, denger – denger setan tekek itu bila dibicarakan malah datang lho”. Ucap Toni
”Masak sih”. Jawabku
”Iya, saya aja tahu dari Alif.” Toni menjawab menyaut
Tiba – tiba datang teman – temanku yang lain yaitu Alif, Hudi dan FARis
”Hai, lagi bicarain apa nih”. Alif  teriak
”Ini, lho bicarain setan tekek itu”. Toni menjawab
”Allah itu aja dibicarain ”. Hudi menyaut
”Hai, jangan bicarain itu dong nanti malah dia datang kesini lho”. Seru Alif
Setelah kami berbincang – bincang tentang setan tekek itu taks adar hari pun mulai gelap. Temanku pun pulang ke rumahnya masing – masing. Aku pun langsung pulang ke rumah juga. Sesampai dirumah aku bertanya pada ayahku tentang setan tekek itu
”Yah, apa benar sih setan tekek itu selalu ada di musim kemarau”. Tanyaku kepada ayah yang sedang duduk sambil munim teh diruangan tamu
”Tidak juga sih, tapi biasanya ya begitu. Sudahlah jangan dibicarakan , tidur saja sana.” jawab ayah. Aku langsung tidur dan tidak lupa membaca do’a tiru.










”To . . . long , tolong !” terdengar suara teriakan anak – anak
“Ada apa, ada apa ? “Semua kelaurgaku keluar dan langsung menuju kearah suara tersebut
“Oh, ternyata Huda sedang mengingau” ucap ibuku
”Da, Huda bangun” ucap orang – orang yanga da di rumahku.
”Ada apa, kok banyak sekali yang membangunkan aku,” jawabku
”Begini lho, tadi kamu itu mengingau di tekek setan  itu”. Ayah menjawab
”Oh, begitu Alhamdulillah untung hanya mimpi”, jawabku
”Sudahlah sana tidur lagi, ”ayah menyuruhku
”Iya . . . ya” aku menjawab sambil menuju ke tempat tidur
Kuku ruyuk, terdengar suara ayam jago, pertanda sangs urya telah muncul. Aku pun langsung terbangun dan kemudian melaksanakan shalat Subuh bersama ayahku. Setelah itu aku bersiap – siap unjtuk sekolah
”Assalamu’alaikum, bu , yah. Aku berangkat”. Salam ku pada ayah dan ibu
”Iya, hati – hati ” jawab ayah dan ibu  
Sesampai di sekolah aku pun  langsung menceritakan kejadian tadi malam pada Faris yang selalu sampai duluan dari teman – temanku dan pertama kali di sekolah.
”Hai Ris, tadi malam aku bermimpi setan tekek itu !” ucapku
”Yang benar ?” jawabnya
”iya, dibilangin tidak percaya aku itu di tekik oleh setan itu, ”jawabku
Setelah menceritakan kejadian tadi malam kepada Faris, Alif, dan Toni datang.
”Hai teman –teman ada kabar buruk nih, ”lontar Alif dan Toni sambil berjalan mendekati tempat pembicaraanku dan Faris.
”Kabar apa ? ”jawabku
”Begini, kata orang –orang setan itu sudah sampai ke Kudu lho”. Ucap Toni
”Apa . . .  ? ? ?” jawabku    
”Iya, tadi saya denger dari ibuku, di Kudu sudah ada korban.”Toni melanjutkan ceritanya
”Aduh, bahaya ini berarti sebentar lagi kampung kita nih ”. Jawab si Faris








”Kita harus siaga nanti malam ”lontarku
”Iya betul”. Teman – teman ku berseru
Malam harinya semua orang di kampungku, berjaga – jaga dari anak – anak sampai orang tua, bahkan untuk menghindari setan itu. Orang – orang tidur dilantai bukan di tempat tidur karena terdengar berita kalau setan tekek itu menyerang orang yang ada ditempat tidur. Sampai jam sebelas (11.00)  pun setan itu tidak ada. Hingga orang – orang menjadi bosan dan lengah. Pada jam 12.00 tepat setan itu mulai beraksi, tiba – tiba terdengar suara
”Tolong . . .  tolong ada setan”. Seluruh kampung pun menjadi gempar dan langsung menuju ke pusat suara tersebut.
”Ada apa, ada apa bu ? ” Tanya pak RT
”Ada setan tekek itu !” jawab bu Roziah
”Mana – mana ” tanya orang – orang
”Hah itu ada cahaya kuning”. Ucapan seorang pemuda yang bernama Kholik.
”Pasti itu, kejar”. Kata pak RT
”Ayo cepat –cepat”. Semua orang mengejar sambil berteriak
Setelah dikejar cukup lama setan itu gagal ditangkap karena ia seperti cahaya  jadi sulit sekali untuk ditangkap. Akhirnya pun warga kembali ke rumah ibu Rozi’ah untuk melihat keadaannya , ternyata Ibu Roziah tidak berhasil ditekak setan itu.
Hari berganti hari, setan itu terus meneror kampung kami dan sekitarnya, hingga suatu hari setelah sholat Subuh, ada seorang warga yang melihat seekor kelelawar yang aneh kemudian salah satu dari warga memanggil pak Kyai. Setelah dibacakan ayat – ayat Al Qur’an cukup lama, tiba – tiba kelelawar itu terbang dan warga berpendapat bahwa kelelawar itu adalah setan tekek . setelah terjadi kejadian itu warga menjadi tahu bahwa setan tekek  bisa berubah menjadi binatang maupun cahaya. Kemudian warga ke rumah masing – masing dan beraktivitas seperti biasa. Aku pun bersiap – siap untuik berangkat sekolah setelah selesai bersiap – siap , aku berangkat ke sekolah
Di sekolah aku dan teman – teman bercerita kembali tentang setan tekek itu.








”Hai, Da kamu tahu nggak di Demak  sudah ada setan tekek yang tertangkap lho, ”setan itu berwujud manusia tetapi kulitnya merah”, ucap Alif
”Masak”, jawabku
”Eh, inikan sudah mulai musim hujan lagi mungkin kekuatannya berkurang”, kata Si Toni
”Ya, Alhamdulillah kalau begitu , untung dikampung kita tidak ada korbanya”. Jawabku
”Tapi di Demak katanya sudah ada korbanlho !” Ucap si Hudi setelah berbincang – bincang cukup lama kemudian aku dan teman –temanku masuk ke kelas
Setelah pulang aku mencari bambu kuning untuk senjata nanti malam di Penggaron Lor. Disana ternyata banyak juga orang yang mencari bambu kuning, akhirnya akupun mendapatkannya dan kemudian pulang.
Matahari pun telah surup cahayanya, siang berganti malam. Di malam harinya orang – orang pun berjaga seperti biasa sudah 4 bulan lamanya setan itu meneror kampungku da akhir – akhir ini hujan turun. Jadi aku agak sedikit lega , malam inipun setan itu tidak muncul.
Pada pagi harinya aku sangat bersyukur kepada kepada Allah SWT karena telah melindungi masyarakat keluargaku. Hingga musim hujan datang di kampungku tidak ada korban. Akan tetapi aku sangat khawatir musim kemarau mendatang setan itu kembali meneror.